Ketegangan Iran–Israel Memuncak: Serangan Rudal dan Ancaman Perang Terbuka
![]() |
sumber gambar: detik.com |
Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memanas, memasuki fase yang lebih terbuka dan berisiko tinggi. Dalam dua pekan terakhir, kedua negara saling meluncurkan serangan militer langsung, memicu kekhawatiran dunia terhadap kemungkinan pecahnya konflik regional berskala besar.
Konflik bermula ketika Iran meluncurkan ratusan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel. Serangan tersebut berhasil mengenai beberapa titik vital, termasuk Soroka Medical Center di Beersheba dan kawasan permukiman dekat Tel Aviv. Akibatnya, lebih dari 200 warga sipil mengalami luka-luka, sebagian dalam kondisi serius.Sebagai respons, Israel melancarkan serangan udara balasan yang menargetkan fasilitas nuklir strategis di Iran, termasuk reaktor air berat di Arak dan pusat peluncuran rudal. Tidak hanya itu, laporan media menyebut keterlibatan agen intelijen Mossad dalam serangan siber dan operasi rahasia yang merusak infrastruktur pertahanan Iran.
Konflik ini juga disertai dengan pernyataan politik yang memanas. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, secara terbuka menyebut bahwa Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, tidak boleh terus ada. Sementara itu, pihak Iran memperingatkan bahwa intervensi dari Amerika Serikat atau sekutunya dapat memicu perang besar-besaran di Timur Tengah.
Di tengah eskalasi ini, masyarakat sipil menjadi pihak yang paling terdampak. Iran dilaporkan mengalami gelombang pengungsian dari Teheran ke wilayah utara, serta pembatasan akses informasi secara masif. Aktivitas internet nasional menurun hingga 97 persen, menghambat komunikasi dan distribusi informasi publik. Sejumlah negara seperti Cina, Australia, dan organisasi internasional seperti PBB menyerukan agar kedua negara menahan diri dan kembali ke meja diplomasi. Meskipun demikian, hingga kini belum ada tanda-tanda deeskalasi yang nyata.